Visitor Counter

Pages

Pengikut

Kamis, 18 April 2013

Ketika Aku Harus Mengerti



Ini adalah catatanku, ungkapan perasaanku yang hanya bisa kutuangkan dalam sebuah tulisan sederhana, yang mungkin juga pernah terjadi pada anda yang membacanya.
Ketika Aku Harus Mengerti.

          “MENGERTI” sebuah kata yang sangat sederhana yang rasanya tak akan pernah lepas dan selalu melekat di kehidupanku. Sejak lahir hingga sekarang, keadaan selalu menuntut dan memaksaku agar aku selalu mengerti, kapan pun, dimana pun, dan pada siapa pun, walau aku juga sedang ingin dimengerti, aku tetap harus mengerti.
Berawal saat masa kecilku. Ketika permasalahan terjadi antara aku dan adikku, ketika adik merebut mainan yang ku miliki, ketika adik merebut bagian kue yang Ibu berikan untukku, ketika tempat ternyamanku di sisi Ibu ditempati olehnya, Ibu selalu berkata padaku bahwa aku yang harus mengerti. Di usiaku yang sedini itu, tentu tak mudah bagiku untuk bisa memHmi dan mengerti mengapa aku yang harus mengerti. Aku selalu bertanya pada Ibu,
“Kenapa aku yang harus mengerti?? Kenapa aku yang harus mengalah?? Kenapa bukan adik saja, Bu?? Bukan aku yang salah..”
Dan dengan tegas Ibu selalu menjawab,
”Itu semua karena adikmu masih terlalu kecil, sedangkan kamu adalah anak pertama, anak yang paling tua, yang seharusnya bisa bersikap paling dewasa, meskipun kenyataannya bukan kamu yang salah, kamulah yang harus disalahkan, karena seharusnya kamu yang mengerti, sedangkan adikmu belum mengerti. Itulah sebabnya kamu yang harus mengerti”.
Sungguh, ketika kata-kata itu terucap dari tutur kata Ibu yang lembut, rasanya selembut apapun tutur kata itu tetap akan mencabik dan melukai hatiku yang terdalam. Hatiku berontak ketika Ibu berkata bahwa adikku masih terlalu kecil untuk mengerti, sedangkan usianya denganku pun sangat tak jauh berbeda, selisih usia kami hanyalah 1 tahun 9 bulan. Tapi Ibu selalu menuntutku untuk selalu mengertinya seakan usiaku 10 tahun lebih tua di atasnya.
Hari demi hari ku lalui dengan usahaku untuk dapat selalu mengerti. Hingga pada akhirnya, mengerti bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit bagiku. Dari sanalah, kedewasaan itu muncul dalam diriku. Di lingkungan pergaulanku, teman-teman sebayaku selalu menganggap bahwa aku adalah sosok teman yang dewasa, padahal jelas usia mereka selalu lebih tua di atasku, tapi aku tetap bisa bersikap lebih dewasa dari mereka.
Sering kali aku tak bisa berkata tidak saat seorang teman memintaku untuk ini dan itu, walau dia tak pernah melakukan apapun untukku. Itu karena aku mengerti. Aku pun selalu mau menerima dan mengalah ketika teman-temanku menganggap bahwa pendapat merekalah yang paling benar dan menganggap pendapatku tak patut untuk dipertimbangkan, walaupun terkadang akhirnya merekalah yang salah. Itu pun karena aku mengerti, aku tak ingin jika nantinya akan terjadi perpecahan di antara kami hanya karena ego kami masing-masing. Aku juga selalu bisa dan mau memaafkan apapun kesalahan yang dilakukan teman-temanku, dan berapa kali pun mereka melakukannya padaku. Itu semua karena Ibu yang mengajarkanku untuk selalu mengerti. Walaupun pada akhirnya sulit bagiku untuk dapat membedakan mana teman yang tulus dan mana teman yang hanya memanfaatkan pengertianku.
Sungguh, hanya padaMu, Rabbku, aku memohon petunjuk agar Kau menghindarkanku dari segala macam orang yang hanya ingin memanfaatkan dan menyalahgunakan pengertian yang ku berikan pada mereka. Dan hanya padaMu aku memohon, agar Engkau selalu membantuku untuk dapat berkata TIDAK pada mereka yang tidak seharusnya ku mengerti. Bantu aku juga, Yaa Rabb, agar aku memilki cukup keberanian untuk mengatakan pada mereka bahwa aku pun ingin dimengerti.
By: Muslimah Sholihah
(Muslimah’s room, 02 November 2011)

0 komentar:

Posting Komentar