Dewasa ini sering kali kita temui di
berbagai media maupun melihatnya secara langsung mengenai kasus-kasus kekerasan
yang marak terjadi di masyarakat. Ironisnya kasus-kasus kekerasan tersebut
lebih cenderung terjadi di kalangan pelajar, mulai dari pelajar tingkat sekolah
dasar, hingga pelajar tingkat perguruan tinggi. Tampaknya mereka lebih
mengedepankan otot dari pada otak mereka. Hal ini dapat dilihat ketika mereka
ingin menyampaikan aspirasi mereka pada suatu lembaga, rasanya sangat jarang
atau bahkan tidak pernah demokrasi mereka lakukan secara santun dan tidak
mengganggu orang lain.
Tidak hanya sampai pada kasus
kekerasan saja, banyaknya kasus pencurian, penggunaan dan pengedaran narkoba,
KKN, dan hal-hal menyimpang lainnya pun sering kali melibatkan kalangan
terdidik. Entahlah, apakah mereka lupa akan prinsip kerukunan antar sesama?
Atau memang inikah hasil pendidikan yang mereka tempuh selama ini?
Rasanya belum terlambat jika bangsa
ini benar-benar ingin beranjak dari keterpurukan moral dan ingin memperbaiki
semuanya. Memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, walaupun butuh
waktu yang cukup panjang, namun dengan niat yang sungguh-sungguh dan usaha yang
kongkrit tidak mustahil jika keinginan itu suatu saat akan menjadi nyata.
Pendidikan yang bermoral hanya bisa
didapat jika transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik dilakukan oleh
pendidik yang bermoral dan dengan cara yang bermoral pula. Dengan kata lain,
seluruh tenaga pendidik harus memiliki kompetensi kepribadian berupa moralitas
yang patut dijadikan panutan bagi peserta didiknya.
Mazroatul
Ilma Diniyah
Penulis
adalah mahasiswa jurusan PGMI
Fakultas
Tarbiyah
IAIN
Sunan Ampel Surabaya
Semester
3B
NIM D77210053
0 komentar:
Posting Komentar