Implementasi
Pembelajaran Bahasa Arab di MI
Oleh: Mazroatul
Ilma Diniyah
Pembelajaran
Bahasa Arab di MI
A.
Pembelajaran Bahasa Arab
1.
Pengertian
pembelajaran bahasa arab
Pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa
untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk
membelajarkan siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalaah suatu komuninkasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Menurut Nana Sudjana bahwa pembelajaran adalah sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan membelajarkan. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa anak kearah tujuan, lebih dari itu anak atau siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan balajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk
membelajarkan siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalaah suatu komuninkasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Menurut Nana Sudjana bahwa pembelajaran adalah sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan membelajarkan. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa anak kearah tujuan, lebih dari itu anak atau siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan balajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan
suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru
sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya mengacu pada upaya membina dan mengembangkan keempat segiug kemampuan bahasa, yaitu: kemampuan menyimak (istima'), berbicara (takallum), membaca (qiro'ah), dan menulis (kitabah), agar mampu memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif), dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara tulisan maupun ekspresif[1]
suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru
sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya mengacu pada upaya membina dan mengembangkan keempat segiug kemampuan bahasa, yaitu: kemampuan menyimak (istima'), berbicara (takallum), membaca (qiro'ah), dan menulis (kitabah), agar mampu memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif), dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara tulisan maupun ekspresif[1]
2.
Fungsi dan Tujuan Kurikulum Bahasa Arab MI
Fungsi
kurikulum bahasa arab adalah sebagai sarana:
a.
Pembinaan persatuan dan kesatuan umat islam
b.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka pelestarian dan pengembangan bahasa arab
c.
Peningkatan iptek dan seni karena banyak
ilmu-ilmu yang berasal dari bahasa arab
d.
Penyebarluasan pemakaian bahasa Arab untuk
berbagai keperluan
Tujuan umum
pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa
a.
Menghargai dan membanggakan bahasa Arab MI
sebagai bahasa persatuan dan kesatuan umat islam
b.
Memahami bahasa Arab dari segi bentuk, maka,
dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam
tujuan;
c.
Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan social
d.
Memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
e.
Mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk pengembangan kepribadian, wawasan kehidupan, meningkatkan kemampuan
berbahasa
f.
Menghargai dan mengembangkan sastra bahasa Arab
sebagai khasanah budaya dan intelektual.
Untuk mencapai
tujuan yang dimaksud maka harus diimplementasikan dalam kegiatan belajar
mengajar bahasa Arab dari kelas satu sampai enam MI.[2]
3.
Prinsip – prinsip Pengajaran Bahasa Arab
a. Prinsip
Pengajaran Secara Umum
Untuk membuat konsep dasar
atau perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
ideal, setiap pendidik harus mengetahui unsur-unsur konsep dasar pengajaran
bahasa arab menjadi pembelajaran yang baik. Berikut unsur-unsur konsep dasar pengajaran :
1)
Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
2)
Mengtahui tujuan yang hendak dicapai.
3)
Memahami berbagai macam strategi yang relevan digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Prinsip Pengajaran Secara
Khusus.
Belajar Bahasa Arab
berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya
harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses
pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab
meliputi kemampuan menyimak (Mahaarah al – Istima’), kemampuan berbicara
(Mahaarah al-kallam), kemampuan membaca (Mahaarah al-qira’ah),
dan kemampuan menulis (Mahaarah al – Kitaabah). Ada tiga
prinsip pengajaran secara khusus (Bahasa Arab), yaitu :
1)
Prinsip Prioritas, yaitu; pertama, mengajarkan,
mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum
mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan
kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa
Arab.
2)
Prinsip korektisitas. Prinsip ini diterapkan
ketika sedang mengajarkan materi Fonetik, Sintaksis dan Semiotik Maksud dari
prinsip ini adalah seorang pengajar bahasa arab hendaknya jangan hanya
bisa menyalahkan para peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan
perbaikan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada Korektisitas
dalam pengajaran (fonetik), Korektisitas dalam pengajaran (sintaksis), Korektisitas
dalam pengajaran (semiotik).
c. Prinsip
Bertahap
Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori
prinsip berjenjang, yaitu:
1)
Tahap Pengajaran Mufrodat.
2)
Tahap Pengajaran Qawa’id.
3)
Tahap Pengajaran Makna.[3]
4.
Urgensi Belajar Bahasa Arab
Islam adalah satu-satunya agama yang
memandang bahasa sebagai sarana penting untuk menjaga dan memelihara kemurnian
serta keutuhan ajarannya. Karena perangkat utama untuk memahami Al-Qur’an dan
as-Sunnah adalah bahasa Arab. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menegaskan akan
hal ini yang di antaranya adalah firman Allah :[4]
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dan
sungguh kami telah menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kalian mau
berpikir.” (Yusuf : 12)
B.
Kompetensi Berbahasa Arab
1.
Ketrampilan Menyimak (Mahārat Istimā')
Merupakan suatu proses mendengarkan bahasa lisan dengan perhatian,
pemahaman dan apresiatif. Keterampilan ini adalah kegiatan yang paling awal
dilakukan oleh manusia, dalam semua bahasa, dalam proses memperoleh ketrampilan
berbahasa. Anak kecil sebelum memiliki ketrampilan berbicara dengan bahasa
tertentu ia memulai proses memperoleh ketrampilan berbahasanya dengan menyimak;
mendengarkan pembicaraan orang-orang di sekitarnya. Dari proses ini ia
memperoleh ketrampilan berbahasa selanjutnya, yaitu berbicara.[5]
Dalam
pembelajaran bahasa, komponen istima’ sangat diperlukan, karena istima’ adalah
memahami informasi lisan melalui kegiatan dalam bentuk paparan atau dialog.
Tujuan pembelajaran istima’ adalah melatih peserta didik untuk memahami bahasa
lisan. Melalui istima’,kita dapat mengenal mufradat, bentuk-bentuk jumlah dan
taraakib serta kita juga dapat menguasai keterampilan yang lain yaitu kalam,
qiraah, kitabah. Apabila peserta didik tidak mempunyai kemampuan istima’ yang
efektif akan salah memahami dan menafsirkan informasi, akibatnnya peserta didik
akan memperoleh pengetahuan yang salah.[6]
2. Ketrampilan Berbicara (Mahārat Kalām)
Merupakan
suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui media
bahasa. Ketrampilan ini adalah buah dari ketrampilan menyimak yang
terus-menerus, diulang-ulang dan ditirukan. Awalnya adalah proses mendengar,
mengulang dan menirukan orang lain berbicara, sebagaimana yang ia simak, dan
akhirnya adalah ketrampilan berbicara. Karena itulah anak yang lahir dan tumbuh
di tengah-tengah pengguna bahasa Arab akan fasih berbicara bahasa Arab. Kendati
anak tersebut belum mengenal baca dan tulis. Ini terjadi karena setiap saat ia
mendengar orang-orang disekitarnya berkomunikasi dengan bahasa tersebut,
termasuk dengan dirinya.
Itulah makanya
setiap orang memiliki bahasa ibu. Pada umumnya anak kecil sudah fasih berbicara
dengan bahasa ibunya sebelum terampil membaca dan menulis. Kelak ketika masuk
TK ia baru mulai belajar membaca dan menulis. Dan ketika sudah masuk di bangku
SD, ia akan belajar ilmu tata bahasa. Begitu seterusnya.[7]
Berbicara
dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari
beberapa tujuan pengajaran bahasa . Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan orang lain.[8]
3. Ketrampilan Membaca (Mahārat Qirā'at)
Dalam
proses memperoleh ketrampilan berbahasa, setelah mampu berbicara, pada umumnya
seorang anak akan membaca terlebih dulu, baru kemudian menulis. Bukan
sebaliknya, menulis kemudian membaca. Ketrampilan membaca ini berwujud kegiatan
memperoleh makna dari berbagai gabungan huruf. Kegiatan ini dimulai dari
mengenal lambang bunyi [huruf], kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana,
serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Secara bertahap proses
memperoleh ketrampilan membaca membutuhkan ilmu-ilmu alat bahasa seperti ashwat,
nahwu, sharf dan lain-lain.[9]
Membaca
merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa ,lebih-lebih
bagi pembelajar bahasa arab non arabdan tinggal diluar negara-negara arab
seperti para pembelajar di Indonesia. Tujuan pembelajaran Qira’ah :
1.
Mengucapkan
bunyi dari makhrajnya serta membedakan bunyi huruf yang mirip.
2.
Menghubungkan
tanda dengan makna.
3.
Memahami
apa yang dibaca .
4.
Memperhatikan
harakat panjang pendek.
5.
Berhenti
pada tempat yang sesuai. Tidak mengulang-ulang kata pada saat membaca[10]
4. Ketrampilan Menulis [Mahārat Kitābat]
Merupakan
kegiatan menuangkan pikiran, ide, gagasan melalui rangkaian huruf yang menjadi
kata yang kemudian disusun menjadi sebuah kalimat yang utuh. Menulis adalah
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis
tersebut. Ketrampilan ini dimulai dari menulis huruf, kata, ungkapan, frasa,
kalimat, dan karangan. Sebagaimana ketrampilan membaca, secara bertahap proses
memperoleh ketrampilan menulis juga membutuhkan ilmu-ilmu alat bahasa seperti khat,
imla, nahwu, sharf dan lain-lain.[11]
Pembelajaran
menulis terpusat pada tiga hal yaitu:
1)
Kemampuan
menulis dengan tulisan yang benar
2)
Memperbaiki
khoth
3)
Kemampuan
mengucapkan pikiran secara jelas dan detail[12]
C. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab
1.
Kegiatan Pengajaran Keterampilan Menyimak
Bahasa Arab Di MI
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan yang
menuntut keterampilan menyimak sepeti
percakapan dalam lingkungan keluarga, teman sekelas dan tetangga. Begitu
juga dengan para siswa yang mengikuti proses pembelajran harus mampu menyimak
bila ingin maju dalam pendidikannya. Dan salah satu faktor pendukung
tercapainya tujuan pembelajaran bahasa lisan khususnya menyimak dan berbicara
adalah memilih teknik yang tepat. Ketika memilih teknik untuk membahas suatu
topik tentunya harus mempertimbangkan kemampuan guru, tingkat pemahaman siswa,
serta karakteristik kelas karena setiap kelas memiliki, karena setiap kelas
memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih teknik yang tepat dalam pengajaran menyimak, yaitu
sebagai berikut:
a.
Kemampuan menyimak adalah kemampuan yang
pertam-tama dimiliki siswa, apalagi jika mereka belum diperkenalkan pada bahasa
tulis
b.
Menyimak tidak seperti membaca
c.
Materi menyimak harus menarik, jelas dan
pemilihan kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pemahaman siswa
d.
Melalui kegiatan menyimak dapat menghidupkan
suasana kelas yang tadinya positif menjadi aktif lagi
e.
Jangan selalu mengandalkan ketersediaan sarana
penunjang
Adapun
teknik pengajaran menyimak dalam pengajaran Bahasa Arab di tingkat Sekolah
Dasar atau Madrasah yaitu sebagai berikut:
a.
Dengar dan Lakukan
b.
Instruksi
Guru melatih siswa dengan memberikan input
berupa instruksi yang selama pelajaran berlangsung. Pertama-tama guru
mengucapkan suatu instruksi dan melengkapi pernyataan tersebut dengan gerakan
kepada siswa apa uang harus dilakukan siswa. Biasanya model kalimat yang
diucapkan berupa kalimat perintah. Dengan begitu,
semakin banyak dan bervariasi intruksi yang digunakan oleh guru, semakin banyak
pula perbendaharaan tata dan ungkapan yang dimiliki siswa.
c.
Dengar dan Bergerak
Dengar dan bergerak merupakan salah satu
kegiatan menyimak yang melibatkan gerakan fisik. Para siswa akan antusias untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan guru memiliki banyak peluang untuk
berkereasi kerena begitu banyak variasi gerakan fisik yang dapat dilakukan
bersama-sama dengan para siswa.
d.
Menirukan Cerita
Dalam kegiatan ini, guru menciptakan situasi
bercerita dan mengajak para siswa ikut dalam situasi cerita dengan melakukan
atau menirukan gerakan yang ada dalam cerita tersebut, seperti mendayung sampan
dan menarik tali. Dengan demikian, siswa akan senang dan selalu menunggu
gurunya mengajak melakukannya lagi.
e.
Menggambar atau Mewarnai Gambar
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling
disenangi siswa. Namun, menggambar atau mewarnai gambar itu memerlukan waktu
yang cukup lama. Jadi ketika guru memberikan input secara lisan, guru juga
harus memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan perbagian dari suatu gambar.
2. Teknik
Pengajaran Kemahiran Berbicara
Pada dasarnya
tujuan dari latihan berbicara (pengucapan) adalah kemampuan ekspresi yaitu
mengemukakan ide atau fikiran atau
perasaan kepada orang lain. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka kita harus
mahir dalam berbicara. Adapun hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam
melatih siswa dalam berbicara, yaitu sebagai
berikut:
a.
Latihan asosiasi dan identivikasi, tujuannya
yaitu untuk melatih spontanitas, kecepatan dalam megidentifokasi dan
mengasosiasikan makna ajaran yang didengarnya. Misalnya, guru menulis di papan
tulis beberapa kategori atau jenis benda, siswa diminta meningatnya kemudian
guru membuat suatu kata benda dan siswa menyebutkan jenis benda tersebut.
b.
Latihan pada kalimat, dalam hal pula kalimat
ini pada dasarnya teknik pengajarannya sudah dibahas di bab qowa’id yang
didalamnya terbagi menjadi 3 latihan yaitu, latihan mekanis, latihan bermakna,
latihan komunikatif. Dan ketiga hal tersebut jika dipraktikan secara lisan
merupakan permulaan dari latihan percakapan.
c.
Latihan percakapan, dalam hal ini kita akan
memperboleh berbagai aspek yaitu bahasa, sosial budaya (sopan santun), gerak
gerik (bahasa tubuh). Banyak teknik yang dapat dilakukan dalam latihan
percakapan ini misalnya dalam model Tanya jawab, menghafalkan dialog,
percakapan terpimpin, percakapan bebas.
d.
Bercerita, bercerita merupakan salah satu
kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, tapi terkadang siksaan bagi siswa karena
mereka tidak punya gambaran tentang apa yang akan diceritakan. Dan mendengarkan
cerita kadang juga menjenuhkan bagi siswa. Jadi dalam hal ini guru harus bisa
mengatasi masalah-masalah tersebut, misalnya dalam kejemuan dapat diatasi
dengaan cerita.
e.
Diskusi, ada beberapa model yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut:
1)
Diskusi dua kelompok berhadapan
2)
Diskusi kelas bebas, guru memberi topik
kemudian siswa mengemukakan pendapatnya sesuai topic tersebut
3)
Diskusi kelompok
4)
Diskusi panel
f.
Wawancara, wawancara sebagai suatu kegiatan
dalam pelajaran berbicara, maka hal yang perlu diperhatikan yaitu pihak yang
diwawancarai sudah mempersiapkan pokok masalah yang dibicarakan. Pewawancara
harus memeprsiapkan pertanyaan-pertanyaan, guru bertugas membimbing kearah
pemakaian kalimat. Kegiatan wawancara dapat dilakukan dalam bentuk, wawancara
dengan tamu, wawancara dengan teman sekelas.
g.
Drama, dalam kegiatan ini tentunya ada beberapa
siswa yang ditunjuk sebagai pemain, sedangkan bagi yang lainsebagai penonton.
Dalam hal ini, penonton dapat memperoleh ospek reseptif (mendengarkan dan
memahami). Tujuan latihan berbicara denga dramauntuk mengarahkan siswa kepada
pemakaian kalimatdan ungkapan yang baik dan memupuk keberanian siswa.
h.
Pidato, dalam kegiatan ini siswa sudah
mempunyai pengalaman dalam kegitan berbicara, baik percajapan, bercerita,
wawacara, diskusi. Karena pidato membutuhkan gaya bahasa yang lebih baik.
Pengajar dalam hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pendengar dan
pembicara, untuk mencapai ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar dan
menulis, misal siswa disuruh menulis ringkas isi pidato dari setiap pembicara.
3.
Metode
Pembelajaran Qiro’ah
Metode
pembelajaran qiro’ah jika menggunakan metode nahwu wa tarjamah maka secara
ringkas langkah-langkah pembelajaran membaca dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Guru
memulai pelajaran dengan membacakan teks bahasa arab
b.
Kemudian
guru menerjemahkan teks terhadap bahasa siswa
c.
Pelajaran
dilanjutkan dengan penjelasan dari guru
d.
Terakhir
siswa mengulang bacaan yang telah dipelajari.
4.
Langkah-langkah Pembelajaran Kitabah
Terdapat
beberapa petunjuk umum berkaitan dengan menulis yaitu:
a.
Memperjelas
materi yang dipelajari siswa ,maksudnya tidak menyuruh siswa menulis sebelum
siswa mendengarkan dengan baik,mampu membedakan pengucapannya dan telah kenal
bacaan.
b.
Memberitahukan
tujuan pembelajarannya kepada siswa
c.
Memulai
mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
d.
Asas
bertahap dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit,contoh pelajaran dimulai
dengan:
1)
Menyalin
huruf
2)
Menyalin
kata
3)
Menulis
kalimat sederhana
4)
Menulis
sebagian kalimat yang ada dalam teks atau percakapan
5)
Menulis
jawaban atas pertanyaan –pertanyaan
6)
Imlak
7)
Mengarang
terarah
8)
Mengarang
bebas
9)
Kebebasan
menulis
10)
Pembelajaran
khath
11)
Pembelajaran
imla[13]
D.
Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
0 komentar:
Posting Komentar