Visitor Counter

Pages

Pengikut

Senin, 24 Juni 2013

Tugas UAS ICT


Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab di MI
Oleh: Mazroatul Ilma Diniyah
Pembelajaran Bahasa Arab di MI
A.      Pembelajaran Bahasa Arab
1.    Pengertian pembelajaran bahasa arab
Pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan siswa
untuk belajar yang mana guru bertindak sebagai fasilitator untuk
membelajarkan siswa. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalaah suatu komuninkasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Menurut Nana Sudjana bahwa pembelajaran adalah sebagai setiap upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan membelajarkan. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa, disatu sisi guru melakukan sebuah aktivitas yang membawa anak kearah tujuan, lebih dari itu anak atau siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh guru yaitu kegiatan balajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan
suatu upaya membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru
sebagai fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran bahasa Arab hendaknya mengacu pada upaya membina dan mengembangkan keempat segiug kemampuan bahasa, yaitu: kemampuan menyimak (istima'), berbicara (takallum), membaca (qiro'ah), dan menulis (kitabah), agar mampu memahami bahasa, baik melalui pendengaran maupun tulisan (reseptif), dan mampu mengutarakan pikiran dan perasaan baik secara tulisan maupun ekspresif[1]

2.    Fungsi dan Tujuan Kurikulum Bahasa Arab MI
Fungsi kurikulum bahasa arab adalah sebagai sarana:
a.    Pembinaan persatuan dan kesatuan umat islam
b.    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan bahasa arab
c.    Peningkatan iptek dan seni karena banyak ilmu-ilmu yang berasal dari bahasa arab
d.   Penyebarluasan pemakaian bahasa Arab untuk berbagai keperluan
Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa
a.    Menghargai dan membanggakan bahasa Arab MI sebagai bahasa persatuan dan kesatuan umat islam
b.    Memahami bahasa Arab dari segi bentuk, maka, dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam bermacam-macam tujuan;
c.    Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan social
d.   Memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa
e.    Mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk pengembangan kepribadian, wawasan kehidupan, meningkatkan kemampuan berbahasa
f.     Menghargai dan mengembangkan sastra bahasa Arab sebagai khasanah budaya dan intelektual.
Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka harus diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Arab dari kelas satu sampai enam MI.[2]
3.    Prinsip – prinsip Pengajaran Bahasa Arab
a.     Prinsip Pengajaran Secara Umum
Untuk membuat konsep dasar atau perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap pendidik harus mengetahui unsur-unsur konsep dasar pengajaran bahasa arab menjadi pembelajaran yang baik. Berikut unsur-unsur konsep dasar pengajaran :
1)   Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
2)   Mengtahui tujuan yang hendak dicapai.
3)   Memahami berbagai macam strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b.    Prinsip Pengajaran Secara Khusus.
Belajar Bahasa Arab berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan Bahasa Arab meliputi kemampuan menyimak (Mahaarah al – Istima’), kemampuan berbicara (Mahaarah al-kallam), kemampuan membaca (Mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan menulis (Mahaarah al – Kitaabah). Ada tiga prinsip pengajaran secara khusus (Bahasa Arab), yaitu :
1)   Prinsip Prioritas, yaitu; pertama, mengajarkan, mendengarkan, dan bercakap sebelum menulis. Kedua, mengakarkan kalimat sebelum mengajarkan kata. Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
2)   Prinsip korektisitas. Prinsip ini diterapkan ketika sedang mengajarkan materi Fonetik, Sintaksis dan Semiotik Maksud dari prinsip ini adalah seorang pengajar  bahasa arab hendaknya jangan hanya bisa menyalahkan para peserta didik, tetapi ia juga harus mampu melakukan perbaikan dan membiasakan pada peserta didik untuk kritis pada Korektisitas dalam pengajaran (fonetik), Korektisitas dalam pengajaran (sintaksis), Korektisitas dalam pengajaran (semiotik).
c.    Prinsip Bertahap
Jika dilihat dari sifatnya, ada 3 kategori prinsip berjenjang, yaitu:
1)   Tahap Pengajaran Mufrodat.
2)   Tahap Pengajaran Qawa’id.
3)   Tahap Pengajaran Makna.[3]
4.    Urgensi Belajar Bahasa Arab
Islam adalah satu-satunya agama yang memandang bahasa sebagai sarana penting untuk menjaga dan memelihara kemurnian serta keutuhan ajarannya. Karena perangkat utama untuk memahami Al-Qur’an dan as-Sunnah adalah bahasa Arab. Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang menegaskan akan hal ini yang di antaranya adalah firman Allah :[4]
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dan sungguh kami telah menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kalian mau  berpikir.” (Yusuf : 12)

B.       Kompetensi Berbahasa Arab
1.      Ketrampilan Menyimak (Mahārat Istimā')
Merupakan suatu proses mendengarkan bahasa lisan dengan perhatian, pemahaman dan apresiatif. Keterampilan ini adalah kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia, dalam semua bahasa, dalam proses memperoleh ketrampilan berbahasa. Anak kecil sebelum memiliki ketrampilan berbicara dengan bahasa tertentu ia memulai proses memperoleh ketrampilan berbahasanya dengan menyimak; mendengarkan pembicaraan orang-orang di sekitarnya. Dari proses ini ia memperoleh ketrampilan berbahasa selanjutnya, yaitu berbicara.[5]
Dalam pembelajaran bahasa, komponen istima’ sangat diperlukan, karena istima’ adalah memahami informasi lisan melalui kegiatan dalam bentuk paparan atau dialog. Tujuan pembelajaran istima’ adalah melatih peserta didik untuk memahami bahasa lisan. Melalui istima’,kita dapat mengenal mufradat, bentuk-bentuk jumlah dan taraakib serta kita juga dapat menguasai keterampilan yang lain yaitu kalam, qiraah, kitabah. Apabila peserta didik tidak mempunyai kemampuan istima’ yang efektif akan salah memahami dan menafsirkan informasi, akibatnnya peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang salah.[6]
2.      Ketrampilan Berbicara (Mahārat Kalām)
Merupakan suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui media bahasa. Ketrampilan ini adalah buah dari ketrampilan menyimak yang terus-menerus, diulang-ulang dan ditirukan. Awalnya adalah proses mendengar, mengulang dan menirukan orang lain berbicara, sebagaimana yang ia simak, dan akhirnya adalah ketrampilan berbicara. Karena itulah anak yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah pengguna bahasa Arab akan fasih berbicara bahasa Arab. Kendati anak tersebut belum mengenal baca dan tulis. Ini terjadi karena setiap saat ia mendengar orang-orang disekitarnya berkomunikasi dengan bahasa tersebut, termasuk dengan dirinya.
Itulah makanya setiap orang memiliki bahasa ibu. Pada umumnya anak kecil sudah fasih berbicara dengan bahasa ibunya sebelum terampil membaca dan menulis. Kelak ketika masuk TK ia baru mulai belajar membaca dan menulis. Dan ketika sudah masuk di bangku SD, ia akan belajar ilmu tata bahasa. Begitu seterusnya.[7]
Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa . Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.[8]
3.      Ketrampilan Membaca (Mahārat Qirā'at)
Dalam proses memperoleh ketrampilan berbahasa, setelah mampu berbicara, pada umumnya seorang anak akan membaca terlebih dulu, baru kemudian menulis. Bukan sebaliknya, menulis kemudian membaca. Ketrampilan membaca ini berwujud kegiatan memperoleh makna dari berbagai gabungan huruf. Kegiatan ini dimulai dari mengenal lambang bunyi [huruf], kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan wacana, serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Secara bertahap proses memperoleh ketrampilan membaca membutuhkan ilmu-ilmu alat bahasa seperti ashwat, nahwu, sharf dan lain-lain.[9]
Membaca merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa ,lebih-lebih bagi pembelajar bahasa arab non arabdan tinggal diluar negara-negara arab seperti para pembelajar di Indonesia. Tujuan pembelajaran Qira’ah :
1.    Mengucapkan bunyi dari makhrajnya serta membedakan bunyi huruf yang mirip.
2.    Menghubungkan tanda dengan makna.
3.    Memahami apa yang dibaca .
4.    Memperhatikan harakat panjang pendek.
5.    Berhenti pada tempat yang sesuai. Tidak mengulang-ulang kata pada saat membaca[10]
4.      Ketrampilan Menulis [Mahārat Kitābat]
Merupakan kegiatan menuangkan pikiran, ide, gagasan melalui rangkaian huruf yang menjadi kata yang kemudian disusun menjadi sebuah kalimat yang utuh. Menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Ketrampilan ini dimulai dari menulis huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan karangan. Sebagaimana ketrampilan membaca, secara bertahap proses memperoleh ketrampilan menulis juga membutuhkan ilmu-ilmu alat bahasa seperti khat, imla, nahwu, sharf dan lain-lain.[11]
Pembelajaran menulis terpusat pada tiga hal yaitu:
1)   Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar
2)   Memperbaiki khoth
3)   Kemampuan mengucapkan pikiran secara jelas dan detail[12]
C.      Kegiatan Pembelajaran Bahasa Arab
1.    Kegiatan Pengajaran Keterampilan Menyimak Bahasa Arab Di MI
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan yang menuntut keterampilan menyimak sepeti  percakapan dalam lingkungan keluarga, teman sekelas dan tetangga. Begitu juga dengan para siswa yang mengikuti proses pembelajran harus mampu menyimak bila ingin maju dalam pendidikannya. Dan salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan pembelajaran bahasa lisan khususnya menyimak dan berbicara adalah memilih teknik yang tepat. Ketika memilih teknik untuk membahas suatu topik tentunya harus mempertimbangkan kemampuan guru, tingkat pemahaman siswa, serta karakteristik kelas karena setiap kelas memiliki, karena setiap kelas memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih teknik yang tepat dalam pengajaran menyimak, yaitu sebagai berikut:
a.    Kemampuan menyimak adalah kemampuan yang pertam-tama dimiliki siswa, apalagi jika mereka belum diperkenalkan pada bahasa tulis
b.    Menyimak tidak seperti membaca
c.    Materi menyimak harus menarik, jelas dan pemilihan kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pemahaman siswa
d.   Melalui kegiatan menyimak dapat menghidupkan suasana kelas yang tadinya positif menjadi aktif lagi
e.    Jangan selalu mengandalkan ketersediaan sarana penunjang
Adapun teknik pengajaran menyimak dalam pengajaran Bahasa Arab di tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah yaitu sebagai berikut:
a.    Dengar dan Lakukan
b.    Instruksi
Guru melatih siswa dengan memberikan input berupa instruksi yang selama pelajaran berlangsung. Pertama-tama guru mengucapkan suatu instruksi dan melengkapi pernyataan tersebut dengan gerakan kepada siswa apa uang harus dilakukan siswa. Biasanya model kalimat yang diucapkan berupa kalimat perintah. Dengan begitu, semakin banyak dan bervariasi intruksi yang digunakan oleh guru, semakin banyak pula perbendaharaan tata dan ungkapan yang dimiliki siswa.
c.    Dengar dan Bergerak
Dengar dan bergerak merupakan salah satu kegiatan menyimak yang melibatkan gerakan fisik. Para siswa akan antusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan guru memiliki banyak peluang untuk berkereasi kerena begitu banyak variasi gerakan fisik yang dapat dilakukan bersama-sama dengan para siswa.
d.   Menirukan Cerita
Dalam kegiatan ini, guru menciptakan situasi bercerita dan mengajak para siswa ikut dalam situasi cerita dengan melakukan atau menirukan gerakan yang ada dalam cerita tersebut, seperti mendayung sampan dan menarik tali. Dengan demikian, siswa akan senang dan selalu menunggu gurunya mengajak melakukannya lagi.
e.    Menggambar atau Mewarnai Gambar
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling disenangi siswa. Namun, menggambar atau mewarnai gambar itu memerlukan waktu yang cukup lama. Jadi ketika guru memberikan input secara lisan, guru juga harus memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan perbagian dari suatu gambar.
2.    Teknik Pengajaran Kemahiran Berbicara
Pada dasarnya tujuan dari latihan berbicara (pengucapan) adalah kemampuan ekspresi yaitu mengemukakan ide  atau fikiran atau perasaan kepada orang lain. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka kita harus mahir dalam berbicara. Adapun hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam melatih siswa dalam berbicara, yaitu sebagai berikut:
a.    Latihan asosiasi dan identivikasi, tujuannya yaitu untuk melatih spontanitas, kecepatan dalam megidentifokasi dan mengasosiasikan makna ajaran yang didengarnya. Misalnya, guru menulis di papan tulis beberapa kategori atau jenis benda, siswa diminta meningatnya kemudian guru membuat suatu kata benda dan siswa menyebutkan jenis benda tersebut.
b.    Latihan pada kalimat, dalam hal pula kalimat ini pada dasarnya teknik pengajarannya sudah dibahas di bab qowa’id yang didalamnya terbagi menjadi 3 latihan yaitu, latihan mekanis, latihan bermakna, latihan komunikatif. Dan ketiga hal tersebut jika dipraktikan secara lisan merupakan permulaan dari latihan percakapan.
c.    Latihan percakapan, dalam hal ini kita akan memperboleh berbagai aspek yaitu bahasa, sosial budaya (sopan santun), gerak gerik (bahasa tubuh). Banyak teknik yang dapat dilakukan dalam latihan percakapan ini misalnya dalam model Tanya jawab, menghafalkan dialog, percakapan terpimpin, percakapan bebas.
d.   Bercerita, bercerita merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa, tapi terkadang siksaan bagi siswa karena mereka tidak punya gambaran tentang apa yang akan diceritakan. Dan mendengarkan cerita kadang juga menjenuhkan bagi siswa. Jadi dalam hal ini guru harus bisa mengatasi masalah-masalah tersebut, misalnya dalam kejemuan dapat diatasi dengaan cerita.
e.    Diskusi, ada beberapa model yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1)   Diskusi dua kelompok berhadapan
2)   Diskusi kelas bebas, guru memberi topik kemudian siswa mengemukakan pendapatnya sesuai topic tersebut
3)   Diskusi kelompok
4)   Diskusi panel
f.     Wawancara, wawancara sebagai suatu kegiatan dalam pelajaran berbicara, maka hal yang perlu diperhatikan yaitu pihak yang diwawancarai sudah mempersiapkan pokok masalah yang dibicarakan. Pewawancara harus memeprsiapkan pertanyaan-pertanyaan, guru bertugas membimbing kearah pemakaian kalimat. Kegiatan wawancara dapat dilakukan dalam bentuk, wawancara dengan tamu, wawancara dengan teman sekelas.
g.    Drama, dalam kegiatan ini tentunya ada beberapa siswa yang ditunjuk sebagai pemain, sedangkan bagi yang lainsebagai penonton. Dalam hal ini, penonton dapat memperoleh ospek reseptif (mendengarkan dan memahami). Tujuan latihan berbicara denga dramauntuk mengarahkan siswa kepada pemakaian kalimatdan ungkapan yang baik dan memupuk keberanian siswa.
h.    Pidato, dalam kegiatan ini siswa sudah mempunyai pengalaman dalam kegitan berbicara, baik percajapan, bercerita, wawacara, diskusi. Karena pidato membutuhkan gaya bahasa yang lebih baik. Pengajar dalam hal ini harus mampu menanamkan keterlibatan pendengar dan pembicara, untuk mencapai ini guru dapat menghubungkan kegiatan mendengar dan menulis, misal siswa disuruh menulis ringkas isi pidato dari setiap pembicara.
3.    Metode Pembelajaran Qiro’ah
Metode pembelajaran qiro’ah jika menggunakan metode nahwu wa tarjamah maka secara ringkas langkah-langkah pembelajaran membaca dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Guru memulai pelajaran dengan membacakan teks bahasa arab
b.    Kemudian guru menerjemahkan teks terhadap bahasa siswa
c.    Pelajaran dilanjutkan dengan penjelasan dari guru
d.   Terakhir siswa mengulang bacaan yang telah dipelajari.
4.    Langkah-langkah Pembelajaran Kitabah
Terdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan menulis yaitu:
a.    Memperjelas materi yang dipelajari siswa ,maksudnya tidak menyuruh siswa menulis sebelum siswa mendengarkan dengan baik,mampu membedakan pengucapannya dan telah kenal bacaan.
b.    Memberitahukan tujuan pembelajarannya kepada siswa
c.    Memulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
d.   Asas bertahap dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit,contoh pelajaran dimulai dengan:
1)    Menyalin huruf
2)    Menyalin kata
3)    Menulis kalimat sederhana
4)    Menulis sebagian kalimat yang ada dalam teks atau percakapan
5)    Menulis jawaban atas pertanyaan –pertanyaan
6)    Imlak
7)    Mengarang terarah
8)    Mengarang bebas
9)    Kebebasan menulis
10) Pembelajaran khath
11) Pembelajaran imla[13]
D.      Problematika Pembelajaran Bahasa Arab

1.      Motivasi

Belajar atau menguasai bahasa ibu adalah sesuatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Sebab, tergantung kepada keterampilan berbahasa itulah keperluan hidupnya dapat terpenuhi dan keinginannya dapat diraih. Begitu juga keadaan dirinya seperti sakit, sedang marah, atau senang, dapat diketahui orang lain. Jadi, semua itu tidak akan bisa diketahui orang lain tanpa diungkapkan dalam bahasa yang tepat.

Dengan demikian motivasi yang mendorong peserta didik untuk mempelajari bahasa orang-orang yang ada di sekitarnya merupakan motivasi intrinsik yang menjadikan belajar bahasa ibu merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai tujuan akhir. Sementara kalau kita amati motivasi yang ada pada peserta didik yang belajar Bahasa Arab, motivasinya adalah bersifat ekstrinsik, sebab keinginan yang ingin dicapai dengan bahasa itu bersifat sementara bahkan hanya ilusi.

2.      Lingkungan

Lingkungan tempat belajar bahasa ibu sangat mendukung sekali, karena ia belajar bahasa di lingkungan bahasa itu digunakan dan berada di tengah-tengah orang-orang yang menggunakannya. Dalam hal semacam ini tidak diperoleh oleh peserta didik yang sedang belajar Bahasa Arab di Madrasah, sebab biasanya Bahasa Arab diajarkan bukan di lingkungan tempat bahasa itu dipakai dalam percakapan sehari-hari.

3.      Contoh-contoh kebahasaan

Di antara dampak belajar Bahasa Arab bukan pada lingkungan bahasanya adalah kurangnya contoh-contoh atau model-model kebahasaan yang bisa ditiru oleh peserta didik secara terus menerus. Karena kita tahu bahwa salah satu faktor keberhasilan belajar Bahasa Arab itu adalah banyaknya contoh-contoh bahasa yang baik yang dapat diperoleh mereka setiap saat sehingga ia bisa meniru.

4.      Waktu belajar yang kurang

Bahasa adalah keterampilan, dan penguasaan keterampilan sangat tergantung kepada ketersediaan waktu untuk berlatih. Waktu yang tersedia bagi peserta didik untuk belajar Bahasa Arab masih sangat kurang. Ia hanya tersedia waktu belajar di Madrasah dalam jumlah jam yang sangat tidak memadai, sementara untuk belajar bahasa pertama seluruh waktunya  selama 24 jam digunakan untuk belajar bahasa baik langsung maupun tidak langsung.

5.      Situasi yang tidak alami

Anak di dalam lingkungannya bisa membiasakan pola-pola bahasa baru melalui bermain bahasa, dan bentuk pembiasaan dalam berbagai situasi, itulah yang membantu peserta didik untuk belajar bahasa, meskipun kadang dampak baik atau kurang baik. anak bisa bermain bahasa ibunya saat ia sendiri atau ketika ada orang lain.

Di samping itu situasi dan kondisi yang dilalui peserta didik ketika belajar bahasa ibunya sangat alami dan riil dan tidak ada rekayasa sama sekali. Situasi dan kondisi semacam ini sangat berbeda ketika anak belajar Bahasa Arab, situasi dan kondisinya tidak alami dan direkayasa.[14]











0 komentar:

Posting Komentar