Visitor Counter

Pages

Pengikut

Kamis, 08 Januari 2015

Perjalanan Hati

Tahukah, setiap ia yang datang dalam kehidupan, yang membuat hati merasa sedih dan senang dalam waktu bersamaan, yang membuat hati bergejolak tak karuan, ia selalu memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan pengharapan.
"Ia kah orangnya?"
"Tepatkah ia?"
Aku selalu berharap bahwa jawabannya Ya.
Meski kenyataan seringkali tak sesuai harapan. Menyakitkan.
 -----
Dan perjalanan hati ini dimulai ketika 2010.
Bukan berarti sebelumnya aku tak pernah menjatuhkan hatiku. Tapi kuanggap itu hanya keinginan seorang anak kecil semata yang sama sekali belum bisa berpikir dewasa. Hanya main-main.
Di 2010, hatiku masih dalam pengharapannya pada teman kecilku. Teman yang selalu kukagumi segala yang ada di dirinya selama aku mengenalnya. Hampir tak ada sedikitpun cela. Mungkin rasa itu telah membuatku buta. Namun seiring bergulirnya masa, kebutaan itu tak selamanya. Sang Pembolak-balik hati membuka mata hatiku. Dan entah mengapa yang kulihat saat itu hanya hal-hal buruk yang memudarkan rasa. Hambar sudah.
-----
2011. Perjalanan hati ini sudah berubah haluannya. Bukan lagi pada sosok yang ada di tahun sebelumnya. Di tahun ini sang hati telah terisi dengan sosok lain dari masa kecil yang tiba-tiba hadir setelah cukup lama melipir. Sayangnya tak ada pengawet yang mampu membuat rasaku padanya tetap bertahan dan tak memudar. Rasa ini hanya singgah sejenak saja, lalu hambar.
-----
2012. Sang Kuasa datangkan seorang hamba yang penuh dengan semangat dan rasa syukurnya. Sesuai dengan namanya. Banyak pelajaran yang kudapat darinya.
Saat itu kurasa Sang Kuasa sedang ingin bermain teka-teki denganku. Ia hadirkan banyak hal yang seolah seperti sebuah kebetulan. Banyak kecocokan antara aku dengannya. Membuatku semakin menerka-nerka.
Banyak harapan yang kutitipkan padanya lebih dari orang-orang sebelumnya. Tapi seiring berlalunya masa, ia justru yang paling banyak membuat kecewa.
Seperti biasa, rasa itu kemudian pudar, dan hambar.
-----
2013. Sang Maha Cinta membalikkan hati ini pada sosok ceria yang berbeda dari sosok-sosok sebelumnya. Ia membuatku begitu nyaman di dekatnya. Kenyamanan yang sama sekali belum pernah kurasakan dengan pria manapun yang kukenal sebelumnya. Perlakuannya seolah memasangkan sepasang sayap yang tak mungkin kumiliki. Pengharapan-pengharapan yang ia berikan sedikit demi sedikit mengajariku terbang meski sayap baru itu masih begitu lemah. Semakin hari ucapannya bagaikan mantra yang semakin meyakinkanku untuk terbang. Tanpa sadar aku telah terbang.
Saat itu aku baru sadar, sayap itu masih terlalu lemah, aku tak cukup mampu bertahan di awang-awang. Harapan-harapan yang ia berikan, ternyata aku salah mengartikan. Aku tak mampu terbang lagi. Dan aku pun jatuh terkapar.
Masa jua yang mampu mengobati luka. Masa jua yang menyadarkanku bahwa rasa yang dulu bukanlah sebuah cinta pada sosok yang didamba, melainkan hanya pada sahabat baik saja. Ia lebih tepat menjadi sahabat. Tidak lebih.
-----
2014. Takdir menyampaikanku pada suatu masa, dimana rasanya seperti memulai hal baru, tapi sesungguhnya itu adalah akhir. Kuliah Kerja Nyata.
Ia mempertemukanku dengan sosok yang asama sekali aku tak pernah menyangka akan menjatuhkan hatiku padanya. Ia satu-satunya yang bukan termasuk paham agama. Bahkan bisa dibilang ia awam. Padahal bagiku, religiusitas adalah sebuah prinsip yang tak tertawarkan. Tapi aku mengaguminya melalui sisi lainnya.
Aku kagum caranya memimpin, caranya menempatkan diri, dan caranya menghargai orang lain. Terlebih lagi retorikanya yang puitis. Ah, itu hanya sebatas kekaguman sesaat saja. Tak lebih.
-----
Dan 2015... 
Sosok baru yang kutemui di penghujung tahun itu sepertinya akan mengisi perjalanan hatiku di awal tahun ini. Entah hingga kapan rasa itu akan memudar dan hambar. Sama seperti perjalanan hati yang sebelum-sebelumnya.
Banyak hal yang membuat hati ini cenderung padanya.
Banyak hal yang mungkin tidak ada dalam diri orang-orang sebelumnya, namun ada padanya.
Akhlaknya, pemahaman agamanya, kecerdasannya, parasnya, dan semua yang pernah kutuliskan tentang sosok idaman, ada padanya.
Ia membuatku ingin memantaskan diri.
Ia memberi kekuatan pada hati untuk berani menyebut namanya di setiap untaian do'a. Padahal sebelumnya aku tak pernah berani menyebut nama, selalu takut jikalau nama yang kusebut bukanlah sosok yang tepat. Tapi menyebut namanya, seolah tak ada keraguan sedikitpun pada hati.
Benarkah ia orangnya?
Tepatkah aku untuknya dan ia untukku?
Ah, entahlah. Kupasrahkan pada-Nya saja.
Semoga memang ia.
Aamiin ^^

0 komentar:

Posting Komentar